Blog Ini Berisi Tentang Pembelajaran, Tips, Software, Aplikasi Android, Hiburan Dan Masih Banyak Lagi Seputar Tentang Dunia IT, Membahas Tuntas Dari Segala Pokok Permasalahan Yang Ada.

AMAN

Tuesday, March 21, 2017

Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa

MAKALAH
Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Pendidikan Pancasila
Dosen : M. Rikza Chamami M.S.i



Disusun Oleh :
Lulut Dwi Ratna          (1603036042)
Anisa  Habibah            (1603036043)
Faza Aulia                    (1603036044)
Firda Nur Khasanah    (1603036045)
                                                   
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016/2017


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat tugas ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga Penulis mampu menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
·         Orang tua yang selalu memberikan arahan dan saran yang baik bagi kami.
·         Bapak M. Rikza Chamami sebagai dosen Pendidikan Pancasila Semoga ilmunya berkah dan menjadi aliran amal hingga kelak di Barzakh.
·         Teman-teman kelas MPI 2b  yang sudah memberikan motivasinya.
Penulis menyimpulkan bahwa tugas ini masih belum sempurna, oleh karena itu Penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas mandiri ini dan bermanfaat bagi Penulis dan pembaca pada umumnya.








                                                               Semarang, 16 Maret 2017


                                                                   Penulis





DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Menjelaskan Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa .... 2
BAB III PENUTUP
 A. Simpulan................................................................................................ 1
B. Saran....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
            Secara sederhana pancasila , yakni lima prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara, bisa dipahami sebagai pokok-pokok pikiran yang secara sekilas saling terpisah dan berdiri diatas ranah prinsipilnya masing-masing. Hanya saja, posisinya sebagai dasar negara yang dibentuk dalam suasana perjuangan kemerdekaan membuatnya menjadi sakral dan sangat penting bagi kehidupan bangsa Indonesia.  Posisi inilah yang membuahkan ragam penafsiran dan akhirnya menjelma ragam perspektif untuk menempatkan pancasila secara pas dalam lenscape kehidupan bangsa. Tidak jarang upaya penempatan pancasila ini bersifat politis maupun netral ilmiah secara positif. Disinilah kita berbicara dari sisi sejarah kelahiran pancasila dalam kedudukannya sebagai ideologi kebangsaan.
            Pancasila yang dikemukakan Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 merupakan rumus atau formula ideologi kebangsaan saat itu. Rumus ideologi kebangsaan tidak hanya dikemukakan oleh Ir. Soekaro. Mr. Soepomo dan Mr. Muhammad yamin juga dianggap mewakili pemikiran ideologi kebangsaan. Ketiganya menekankan bahwa negara Indonesia merdeka adalah negara kebangsaan dan negara persatuan.
            Nilai-nilai pancasila telah ada pada bangsa sejak zaman dulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara Indonesia melalui proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu hingga munculnya kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV sampai pada zaman merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Yang akan dibahas dalam makalah ini yang berjudul “Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan bangsa”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa ?


C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penyusun merumuskan tujuan penulisan makalah sebagai berikut:
1.       Dapat memahami Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa
1.      Zaman Kutai
            Indonesia memasuki zaman sejarah pada  tahun 400 M, dengan ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan dari raja Aswawarman keturunan dari Kudungga. Masarakat kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkn nilai-nilai politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para brahmana.
            Dalam aman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil mencapai integrasi dengan wilayah yang meliputi hampir separuh Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu kerajaan Sriwijaya di sumatra dan Majapahit yang berpusat di Jawa.
2.      Zaman Sriwijaya
            Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan oleh kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui terbentuk melalui tiga yaitu : pertama, zaman Sriwijaya dibawah Syailendra  (600-1400), yang bercirikan kedatuan. Kedua, negara kebangsaan zaman majapahit (1293-1525), yang bercirikan keprabuan, kedua tahap tersebut merupakan negara kebangsaan Indonesia lama. Ketiga, negara kebangsaan modern yaitu negara Indonesia merdeka (sekarang negara Proklamasi 17 Agustus 1945) (Sekretariat Negara RI., 1995 : 11)
            Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan Sriwijaya, di bawah kekuasaan wangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam prasasti Kedukan Bukit dinkaki bukit Siguntang dekat Palembang yang bertarikh 605 caka atau83 M., dalam bahasa  Melayu kuno dan hurf pallawa. Kerajaan itu adalah kerajaan maritim yang mengandalkan kekuatan lautnya, kunci-kunci lalu lintas laut di sebelah barat
dikuasainya seperti selat  sunda (686), kemudian selat malaka (775). Pada zaman itu kerajaan Sriwijaya merupakan suatu kerajaan besar yang  cukup disegani dikawasan Asia Selatan. Perdagangan dilakukan dengan mempersatukan dengan pedagang pengrajin dn pegawai raja yang disebut Tuha An Vatakvurah sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakyat mudah untuk memasarkan barang dagangannya.
            Agama dan Kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu universitas agama Budha, yang sangat terkenal di negara lain di Asia. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercermin pada kerajaan sriwijaya tersebut  yaitu berbunyi  ‘marvuat vanua Criwijaya siddhayatra subhiksa ‘  (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).
3 .Zaman Kerajaan-kerajaan Sebelum Majapahit
            Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang memancangkan nilai-nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur secara  Silih berganti. Kerajaan Kalingga pada abad ke VII, Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu membangun candi Kalasan untuk Dewa tara dan sebuah wihara untuk pendeta Budhadidirikan di Jawa Tengah bersama dinasti Syailendra (abad ke VII dan IX). Refleksi puncak dari Jawa Tengah dalam periode-periode kerajaan-kerajaan tersebut adlah dibangunnya candi Borobudur (candi agama budha pada abad ke IX), dan candi Prambanan (candi agama hindu pada abad ke X).
            Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur munculah kerajaan-kerajaan Isana (pada abad ke IX), darmawangsa  (abad ke X ) demikian juga kerajaan Airlangga pada abad ke  XI. Agama yang diakui olehkerajaan adalah agma Budha, agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup berdampingan secara damai (Toyibin,1997 :26). Demikian pula Airlangga mengalami penggembelengan lahir dan batin dihutan dan tahun 1019 para pengikut nya  rakyat dan para Brahmana.
            Di wilayah Jawa Timur berdiri pula kerajaan singasari (pada abad ke XIII), yang kemudian sangat erat hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit.
4.Kerajaan Majapahit
            Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman keemasanya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan mahapatih Gajah Mada yang dibantu oleh Laksamana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai nusantara.
            Empu Prapanca menulis Negarakertagama  (1365). Dalam kitab tersebut  telah terdapat istilah “Pancasila”. Empu Tantular mengarang buku Sutasoma, dan didalam buku itu lah kita jumpai seloka persatuan nasional yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang bunyi lengkapnya bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua, artinya walaupun berbeda tapi tetap satu jua.
            Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menteri-menteridi paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331,  yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : ‘saya baru akan berhenti berpuasa makan pelapa,jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda,  Palembang dan Tumasik telah dikalahkan (Yamin, 1960 : 60).
            Dalam hubungannya dengan negara lain raja Hayam Wuruk mengadakan hubungan bertetangga dengan baik dengan kerajaan Tiongkok, Ayodya, Champa, dan Kamboja.
            Majapahit menjulang dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia dan banyak meninggalkan nilai-nilai yang diangkat dalam nasionalisme negara kebangsaan Indonesia 17Agustus 1945. Disebabkanoleh faktor dalam negeri sendir seperti prerselisihan dan perang saudara pada permulaan abad XV, maka sinar kejayaan Majapahit mulai memudardan akhirnya mengalami keruntuhan dengan “Sinar Hilang Kertaning Bumi” pada permulaan abad XVI (1520).
5 .Zaman Penjajahan
            Setelah Majapahit rutuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersama dengan itu berkembang pulalah Kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Demak, dan mulailah berdatangan orang-orang eropa di nusantara, antara lain orang Portugisa portgis yang kemudian di ikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin mencari pusat tanaman rempah-rempah.
            Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang awalnya berdagang adalah orang-orang bangsa portugis. Namun lama kelamaan bangsa portugis mulai menunjukkan peranannya dalam bidang perdagangan yang meningkat menjadi praktek penjajahan misalnya Malaka sejak tahun 1511 dikuasai oleh Portugis.
            Pada akhir abad ke XVI  Bangsa Belanda datang juga ke Indonesia. Untuk menghindarkan persaingan diantara mereka sendiri (Belanda) kemudian mereka mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama V.O.C.,(Verenigde Oost Indische Compagnie), yang dikalangan rakyat dikenal dengan istilah ‘Kompeni’.
            Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung  (1613-1645) berupaya mengadakan perlawanan dan penyerangan ke Bataviapada tahun 1628 dan 1629, walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun Gubernur Jendral J .P. Coen tewas dalam serangan Sultan Agung yang ke dua itu.
            Beberapa saat setelah sultan Agung mangkat maka mataram menjadi bagian kekuasaan kompeni. Dimakasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital berhsil juga dikuasai oleh kompeni tahun (1667) dan timbulah perlawanan dari rakyat makasar dibawah Hasanudin. Menyusul pula wilayah banten (Sultan Agung Tirtoyoso) dapat di tundukkan pula oleh kompeni pada tahun 1684. Perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke XVII, nampaknya tidak mampu meruntuhkan kekuasaan kompeni pada saat itu. Demikian Belanda pada awalnya menguasai daerah-daerah yang strategis yang kaya akan hasil rempah-rempah pada abad ke XVII dan nampaknya semakin memperkuat kedudukannya dengan didukung oleh kekuatan militer.
            Pada abad itu sejarah mencatat bahwa belanda berusaha dengan keras untuk memperkuat dan mengintensifkan kekuasaan di indonesia. Melihat praktek-praktek penjajahan Belanda tersebut maka meledaklah perlawanan rakyat di berbagai wilayah nusantara, antara lain : Pattimura di maluku (1817), Baharudin di Palembang (1819), Imam Bonjol di Minangkabau (1821-1837). Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah (1825-1830), Jlentik, Polim, Teuku Tjik di Tiro, Teuku Umar dalam perang Aceh (1860), anak Agung Made dalam perang Lombok (1894-1895), Sisingamangaraja di tanah Batak (1900) dan masih banyak perlawanan lainnya.
            Penghisapan mulai memuncak ketika Belanda mulai menerapkan sistem monopoli melalui tanam paksa (1830-1870) dengan memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat yang tidak erdosa.
6. Kebangkitan Nasional
            Pada abad XX Di punggung Politik Internasional terjadilah pergolakan kebangkitan dunia Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatan sendiri. Partai Kongres di india dengan tokoh Tilak dan Gandhi, adapun di indonesia bergolaklah kebangkitan akan kesadaran berbangsa yaitu kebangkitan nasional (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dengan Budi Utomonya. Gerakan ini lah yang merupakan awal gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuasaannya sendiri.
            Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 mei 1908  nilah yang  merupakan pergerakan nasional, sehingga segera setelah itu muncullah organisasi-organisasi pergerakan lainnya. Organisasi-organisasi pergerakan nasional  itu  antara lain : Sarakat Dagang Islam (SDI) (1909), yang kemudian dengan cepat mengubah bentuknya menjadi gerakan politik dengan mengganti namanya menjadi Sarikat Islam (SI) tahun  (1911) di bawah H.O.S. Cokroaminoto.
           Berikutnya muncullah Indische Partij (1913),yang di pimpin oleh tiga serangkai yaitu: Douwes Dekker,Ciptomangunkusumo, Suwardi Suryaningrat (yang kemudian lebih di kenal dengan nama Ki Hajar Dewantoro), partai ini tidak menunjukkan keradikalannya, sehingga tidak dapat berumur panjang karena pemimpinnya di buang di luar negeri (1913).
            Dalam siuasi yang menggoncangkan itu muncullah Partai Nasional Indonesia (PNI) (1927) yag dipelopori oleh Soekarno, Cipto mangunkusumo, Sartono dan tokoh lainnya. Perjuangan Nasional Indonesia di titik beratkan pada kesatuan nasional dengan tujuan Indonesia Merdeka. Tujuan ttu kemudian diikuti dengan tampilnya golongan pemuda yang tokoh-tokohnya antara lain : M. Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro Purbo Pranoto, Serta tokoh-tokoh muda lainnya. Perjuangan rintisan kesatuan Nasional kemudian diikuti dengan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air Indonesia.Lagu Indonesia Raya pada saat ini pertama kali dikumandangkan dan sekaligus sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa.
            Kemudian PNI oleh para pengikutnya dibubarkan,  dan diganti bentuknya dengan partai Indonesia dengan singkatan Partindo (1931). Kemudian golongan Demokrat antara lai : Moh. Hatta, dan St. Syahrir mendirikan PNI baru yaitu Pendidikan Nasional Indonesia (1933), dengan semboyan Kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengankekuatan sendiri.
7. Zaman Penjajahan Jepang
            Setelah Nederland diserbu oleh tentara Nazi Jerman pada tanggal 5 Mei 1940 dan jatuh pada tanggal 10 Mei 1940, maka Ratu Wihelmina dengan segenap aparat pemerintahannya mengungsi ke Inggris, sehingga pemerintahan Belanda masih dapat berkomunikasi dengan pemerintah jajahan di Indonesia.
            Janji Belanda terhadap kemerdekaan Indonesia adalah suatu kebohongan belaka tidak pernah menjadi kenyataan. Bahkan pada akhir pendudukan pada tanggal 10 Maret 1940 kemerdekaan bangsa Indonesia itu tidak pernah terwujud.
            Fasis jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang pemimpin Asia,Jepang saudara tua Indonesia”. akan tetapi dalam perang melawan Sekutu Barat yaitu (Amerika,Inggris ,Rusia,Prancis,Belanda,dan negara sekutu lainya)nampaknya Jepang semakin terdesak.Oleh karna itu, agar mendapat dukungan dari bangsa Indonesia, maka pemerinah jepang bersikap bermurah hati terhadap bangsa indonesia, yaitu mejanjikan indonesia merdeka dikelak kemudian hari.
            Pada tanggal 29 april 1945 bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang beliau memberikan hadiah’ulang tahun’ kepada bangsa indonesi yaitu janji kedua pemerintah jepang’kemerdekaan tanpa syarat’.Janji itu disampaikan kepada bangsa Indonesia seminggu sebelum bangsa jepang menyerah, Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertingi Sipil dari Pemerintah Tertinggi Militer Jepang di seluruh Jawa dan Madura), No. 23. Bahkan dianjurkankepada bangsa Indonesia untuk berani mendirikan negara Indonesia merdeka di hadapan musuh-musuh jepang yaitu Sekutu termasuk kaki tangannya Nica (Nederlands Indie Civil Administration), yang ingin mengembalikan kekusaan kolonialnya di Indonesia. Ahkan Nica telah melancarkan serangannya dipulau Tarakan dan Morotai.
            Suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuriti Zyunbi Tioosakai. Pada hari itu juga di umumkan nama-nama Ketua, Wakil ketua serta para anggota sebagai berikut :
Pada waktu itu susunan Badan Penyelidik ini adalah sebagai berikut : 
            Ketua (Kaicoo): Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat
            Ketua Muda: Itibangase ( Seorang anggota luar biasa)
            (Fuku Kaicoo  Tokubetsu Iin )
            Ketua Muda: R.P. Soeroso ( merangkap kepala)
            (Fuku Kaicoo  atau Zimukyoku Kucoo ).
            Nama para anggota Iin menurut nomor tempat duduknya  dalam sidang adalah sebagai berikut :
1.Ir. Soekarno
2.Mr. Muh Yamin
3.Dr. R. Kusuma Atmaja
4.R. Abdul rahim Pratalykrama
5.R. Aris
6.K. H. Dewantara dan masih banyak lagi yang lainnya
         (Sekretariat Negara, 1995 : XXVII)

8. Sidang BPUPKI Pertama (29 Mei sampai 1 Juni 1945).
            Sidang pleno BPUPKI pertama diadakan dari 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Sebelumnya,pada 28 Mei 1945, sidang dibuka dengan sambutan Saiko Sikikan, Gun Saikan, yang menasehati BPUPKI agar mengadakan penelitian yang cermat terhadap dasar-dasar yang akan digunakan sebagai landasan Negara Indonesia merdeka sebagai suatu mata rantai dalam lingkungan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya.[1]
            Sidang pleno dimulai tanggal 29 Mei 1945. Dalam pidato pembukaannya, ketua BPUPKI dr. Radjiman Wedyodiningrat mengajukan pertanyaan kepada anggota sidang, “Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita bentuk ini?.” Pertanyaan ini menjadi persoalan yang paling dominan sepanjang 29 Mei-1 Juni 1945 meskipun ditanggapi secara berbeda oleh setiap pembicara. Bahkan, dalam waktu rentang tersebut tampil beberapa pembicara yang mengajukan sejumlah gagasannya mengenai dasar filosofis atas negara Indonesia yang hendak dibentuknya.
Mereka itu misalnya :
1.      Muh.Yamin,
2.      Supomo,
3.      Soekarno,
4.      Moh. Hatta,
5.      Agus Salim,
6.      Wongsonegoro,
7.      Sanusi,
8.      Soekiman, dan
9.      Ki Bagus Hadikusumo yang secara argumentatif mengemukakan pendapat-pendapatnya tentang dasar negara tersebut.[2] 
            Dasar Negara yang nantinya terumuskan sebagai pancasila mengalami perjalanan yang panjang dalam perumusannya. Ada beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya mengenai dasar negara sebagai jawaban untuk ketua sidang tersebut, catatan stenografis pembicaraan yang diketemukan dan berhasil dihimpun ialah pidato Muh. Yamin tertanggal 29 Mei 1945, Mr. Soepomo 31 Mei 1945, Ki Bagoes Hadikusumo 31 Mei 1945, dan Ir. Soekarno 1 Juni 1945. Catatan risalah pembicaraan tersebut sekarang ini terhimpun dan dimuat  kembali dalam buku risalah sidang BPUPKI dan PPKI, terbitan sekretariat Negara RI tahun 1998 edisi IV. Sementara itu, sumber utama penulisan buku risalah sidang BPUPKI dan PPKI adalah buku karangan Muh. Yamin yang berjudul Naskah persiapan UUD 1945, terbit pada tahun 1959.[3]
            Pada 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengemukakan pendapatnya perihal dasar Negara itu dalam suatu pidato yang panjang. Menurutnya, dasar negara itu mencakup perikebangsaan, perikemanusiaan, periketuhanan, perikerakyatan, dan kesejahteraan rakyat atau keadilan sosial (Sekretariat Negara RI, 1998:11-12). Setelah berpidato beliau menyampaikan usul tertulis mengenai rancangan UUD RI. Di dalam pembukaan dari rancangan itu tercantum perumusan lima asas dasar Negara yang berbunyi:
1.Ke-Tuhanan yang Maha Esa;
2.Kebangsaan-Persatuan Indonesia;
3.Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab;
4.cerakyatanbyang dipimpin oelh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan;
5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Muh. Yamin, 1959 : 721).[4]
Pada akhir pidatonya Mr. Muh. Yamin menyerahkan naskah sebagai lampiran yaitu suatu rancangan usul sementara berisi rumusan UUD RI dan rancangan itu dimulai dengan Pembukaan yang bunyinya adalah sbb :
Untuk membentuk Pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,dan untuk memajukan kesejahteraan Umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, menyuburkan hidup kekeluargaan, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu UUD Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara  Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan yang maha Esa, kebangsaan, Persatuan Indonesia , dan rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’ (Pringgodigdo, A.G.:162).
Pada 31 Mei 1945, giliran Mr. Soepomo mendapat kesempatan berbicara dihadapan sidang. Dalam pidatonya, Mr. Soepomo mengemukakan tiga persoalan, yakni :
1.Masalah hubungan negara dan agama
2.Masalah bentuk pemerintahan
3.Masalah hubungan negara dan ekonomi[5]

Soepomo berpendapat bahwa dasar negara dan susunan pemerintahan negara yang dibentuk harus sesuai dengan riwayat hukum dan lembaga sosialnya. Ia mendeskripsikan bahwa lembaga sosial masyarakat indonesia bercirikan bersifat dan bercita-cita persatuan hidup, keseimbangan lahir batin, semangat gotong royong, dan semangat kekeluargaan. Oleh karena itu, ia mengusulkan agar Indonesia merdeka didirikan atas alam pikiran negara yang integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi seluruh goongan-golongannya dalam lapangan apa pun.[6]
Pada 1 Juni 1945, secara eksplisit Ir. Soekarno mengemukakan pidatonya untuk memberikan jawaban ketua sidang berisikan uraian dasar negara yang  dinamakan Pantja Sila (ejaan lama). Istilah pancasila bermula dari pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI I yang membahas rancangan dasar negara Indonesia merdeka. Dalam sidang tersebut Soekarno berpidato secara lisan mengenai calon dasar negara indonesia di kelak kemudian hari.[7]
            Usulan dasar negara dalam sidang BPUPKI Pertama berikutnya adalah pidato dari Ir. Soekarno yang disampaikan lisan tanpa teks, Beliau mengusulkan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip yang rumusannya adalah sbb :
1.Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2.Internasionalisme (peri Kemanusiaan)
3.Mufakat (Demokrasi)
4.Kesejahteraan sosial
5.Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhnan Yang Berkebudayaan)
Lima prinsip sebagai dasar negara tersebut kemudian oleh soekarno diusulkan agar di beri nama “Pancasila” atas saran teman beliau ahli bahasa.

9. Sidang BPUPKI kedua (10-17 Juli 1945)
            Hari pertama sebelum sidang BPUPKI Kedua dimulai diumumkan oleh ketua penambahan enam anggota baru badan penyelidik yaitu : (1). Abdul Fatah Hasan, (2). Asikin Natanegara, (3). Soerjo Hamidjojo, (4). Mohammad Noor, (5). Besar,dan (6). Abdul Kaffar.
Selain tambahan anggota BPUPKI, Ir. Soekarno sebagai Ketua Panitia Kecil Melaporkn hasil pertemuannya 1 juni . Menurut laporan itu pada tanggal 12 juni 1945, Ir. Soekarno mengadakan pertemuan antara Panitia Kecil dengan anggota-anggota Badan Penyelidik. Panitia Kecil terdiri atas 9 orang populer di sebut “Panitia sembilan” yang anggotanya adalah sebagai berikut:

1.Ir. Soekarno                                              8.Abikoesno
2.Wachid Hasyim                                        9.H.Agus Salim
3.Mr. Muh. Yamin
4.Mr. Maramis
5.Drs. Muh. Hatta
6.Mr. Soebardjo
7.Kyai Abdul Kahar Moezakir

            Dalam rapatnya tanggal 22 Juni 1945, pertemuan panitia sembilan orang ini berhasil merumuskan suatu bentuk persetujuan atau modus antara pihak kebangsaan dan Islam. Kesepakatan bersama ini dicantumkan dalam suatu naskah mengenai rancangan pembukaan hukum dasar Negara. Hasil rumusan tersebut kemudian dikenal dengan nama piagam Jakarta yang dihasilkan oleh panitia sembilan.[8]
            Sidang BPUPKI II selesai dengan menghasilkan tiga putusan penting, yaitu:
a.Rancangan pembukaan hukum dasar negara yang terdiri atas 4 alinea yang memuat dasar negara;
b.Rancangan hukum dasar negara yang berisi pasal-pasal mengenai aturan bernegara terdiri atas 16 bab, 37 pasal,4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan;
c.Rumusan tentang pernyataan Indonesia merdeka terdiri atas 14 alinea, berisi tinjauan sejarah dan posisi Indonesia dalam perang Asia Timur Raya; rumusan ini dimaksudkan untuk dibacakan pada saat proklamasi kemerdekaan.[9]
10. Proses perumusan pancasila dalam sidang PPKI
            Dengan berkhirnya tugas BPUPKI, badan ini dibubarkan dan selanjutnya Jepang membentuk PPKI (panitia persiapan kemerdekaan indonesia) pada 7 Agustus 1945. Ketua PPKI ialahIr. Soekarno dan wakilnya Drs. Mohammad Hatta. Anggota PPKI bentukan Jepang ini semula berjumlah 21 orang (12 orang dari jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa). Namun atas inisiatif Ir. Soekarno sendiri,  keanggotaan ditambah 6 orang menjadi 27 orang.[10]
            Pada waktu yang bersamaan yakni, pada 6 dan 9 Agustus 1945, Jepang dibom atom oleh Amerika. Akibat tekanan yang melanda Jepang tersebut, maka pada tanggal 14 Agustus 1945, pemerintah Jepang secara resmi menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Saat itu bala tentara sekutu belum datang di Indonesia,sedangkan Jepang sudah menyerah dan tidak memiliki kekuasaan lagi di Indonesia. Pada masa itu terjadi vacuum of power (kekosongan kekuasaan). Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh para pemimpin Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pada 17 Agustus 1945 atas inisiatif bangsa Indonesia  sendiri diikrarkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Naskah proklamasi terdiri atas dua alinea merupakan hasil permufakatan para tokoh pergerakan yang dibuat pada dini hari 17 Agustus 1945 menjelang pembacaan proklamasi tersebut. [11]
            Sehari setelah proklamasi, pada 18 Agustus 1945, PPKI bersidang dan menghasilkan keputusan penting. Hasil sidang PPKI tersebut antara lain :
a.Pengesahan pembukaan UUD dan hukum dasar Negara sebagai konstitusi Republik Indonesia; selanjutnya dikenal dengan nama UUD 1945 yang di dalamnya termuat dasar negara.
b.Penetapan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia , yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta
c.Pembentukan komite Nasional indonesia pusat (KNIP).[12]


Rumusan dasar negara hasil PPKI 18 Agustus 1945 ini berbeda dari rumusan piagam Jakarta maupun hasil keputusan sidang II BPUPKI. Perbedaan pokok tersebut ada pada rumusan sila pertama, yakni yang semula tertulis “ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” menjadi “ke-Tuhanan yang Maha Esa”. Perubahan sila pertama ini amat sangat penting untuk diketahui bersama. Perkembangan perubahan maupun urutan sila-sila pancasila sejak dari Ir. Soekarno, permusan dalam piagam jakarta, rumusan hasil sidang BPUPKI II maupun rumusan hasil penetapan oleh PPKI ini menunjukan bahwa pancasila sebagai ideologi kebangsaan telah berproses dan mendapat pengaruh, khususnya dari ideologi Islam.
Pncasila dalam pembukaan UUD 1945 menempatkan dasar moralnya sebagai hal yang diatas. Dengan meletakkan dasar moral diatas negara dan pemerintah memperoleh dasar yang kokoh, yang memerintahkan berbuat benar, melaksanakan keadilan, kebaikan, kejujuran serta persaudaraan luar dan dalam. Dengan politik pemerintahan yang berpegang pada moral yang tinggi diciptakan tercapainya suatu “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” [13]
Daftar Rangkuman Hasil Sidang PPKI 18,19,22 Agustus 1945.
1. Sidang PPKI 18 Agustus 1945
Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945
Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil
Dibentuk Komite Nasional untuk membantu tugas Presiden sementara, sebelum dibentuknya MPR dan DPR.
2. Sidang PPKI 19 Agustus 1945
a. Pembagian wilayah, terdiri atas 8 provinsi.
b. Membentuk Komite Nasional (Daerah).
c. Menetapkan 12 departemen dengan menterinya yang mengepalai departemen dan 4 menteri negara.
3.Sidang PPKI ke-3 22 Agustus 1945
a.Pembentukan Komite Nasional.
b.Membentuk Partai Nasional Indonesia.
c.Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.







[1] Dr. Winarno, M.Si,Pancasila & UUD NRI 1945, (Yogyakarta:penerbit ombak,2014,hlm,41
[2] Dr.Winarno, M.Si,pancasila & UUD NRI 1945, (Yogyakarta:penerbit ombak,2014,hlm,41
[3] Dr.Winarno, M.Si,pancasila & UUD NRI 1945, (Yogyakarta:penerbit ombak,2014,hlm,42

[4] Dr.Winarno, M.Si,pancasila & UUD NRI 1945, (Yogyakarta:penerbit ombak,2014,hlm,42
[5] Dr.Winarno, M.Si,pancasila & UUD NRI 1945, (Yogyakarta:penerbit ombak,2014,hlm,43


[6] .Winarno, M.Si,pancasila & UUD NRI 1945, (Yogyakarta:penerbit ombak,2014,hlm,44
[7] Winarno, M.Si,pancasila & UUD NRI 1945, (Yogyakarta:penerbit ombak,2014,hlm,46

[8] Winarno, M.Si,pancasila & UUD NRI 1945, (Yogyakarta:penerbit ombak,2014,hlm,50
[9]  Winarno, M.Si,pancasila & UUD NRI 1945, (Yogyakarta:penerbit ombak,2014,hlm,52
[10] Winarno, M.Si,pancasila & UUD NRI 1945, (Yogyakarta:penerbit ombak,2014,hlm,54


[11] Winarno, M.Si,pancasila & UUD NRI 1945, (Yogyakarta:penerbit ombak,2014,hlm,55
[12] Winarno, M.Si,pancasila & UUD NRI 1945, (Yogyakarta:penerbit ombak,2014,hlm,56


[13] Winarno, M.Si,pancasila & UUD NRI 1945, (Yogyakarta:penerbit ombak,2014,hlm,56

Share:

WELCOME

My Profil



Nama Saya : Lulut Dwi Ratna
I am Study in Universitas Islam Negeri Walisongo
My Instagram : @lulutdwiratna
My Channel Youtube lulutdwiratna Please Like Comment and Subscribe.

Followers

About Me

My photo
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Selamat datang diBlog saya, temukan informasi menarik yang anda butuhkan, hanya disini.

Wikipedia

Search results