Latar Belakang Kemunculan Ilmu Tauhid
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Inti dari ajaran agama islam
adalah dalam kajian ketauhidan. Karena itu dalam berbagai kitab maupun buku
ditegaskan bahwa kewajiban pertama seorang muslim adalah mempelajari tauhid.
Dari kajian tauhid yang secara mendalam dan dibarengi dengan dalil naqli serta
dalil aqli, maka umat islam diharapkan menjadi semakin kuat akidahnya.
Tauhid adalah mengesakan
Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu
meliputi perkara Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma’ wa sifat. Tauhid sendiri
berasal dari Bahasa Arab “ wahhada-yuwahhidu-tauhiidan”, artinya mengesakan
atau menunggalkan dari sekian banyak yang ada. Adapun ilmu tauhid adalah ilmu
yang mempelajari mengenai kepercayaan tentang Tuhan dengan segala segi-seginya,
yang berarti termasuk didalamnya soal wujud-Nya, ke-Esaan-Nya, dan
sifat-sifat-Nya. Syeh M. Abduh mengatakan bahwa, ilmu tauhid (ilmu kalam)
adalah ilmu yang membicarakan wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya,
sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak mungkin ada
pada-Nya; membicarakan tentang Rosul, untuk menetapkan keutusan mereka,
sifat-sifat yang boleh dipertautkankepada mereka, dan sifat-sifat yang tidak
mungkin terdapat pada mereka (Hanafi, 2003: 2).
ilmu tauhid (ilmu kalam) ialah
ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada
pada-Nya, sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya; membicarakan tentang Rosul,
untuk menetapkan keutusan mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkan kepada
mereka, dan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada mereka.
Ilmu tauhid adalah sumber
semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting dan paling utama. Allah
SWT berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Maka ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah.” (Q.S.
Muhammad: 19)
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.Apa pentingnya latar belakang kemunculan ilmu tauhid ?
2.Bagaimana perkembangan pemikiran keagamaan pasca
Rasulullah hingga daulah bani Abbas ?
3.Apa sajakah esensi perkembangan pemikiran keagamaan Islam
pasca Rasulullah hingga bani Abbas ?
1.3 TUJUAN MASALAH
Adapun penulisan dari makalah
ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk mengetahui pentingnya latar belakang kemunculan
ilmu tauhid.
2.Untuk mengetahui tentang perkembangan pemikiran keagamaan
pasca Rasulullah hingga Daulah Abbas.
3.Untuk mengetahui macam-macam esensi perkembangan
pemikiran keagamaan Islam pasca Rasulullah hingga bani Abbas.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 PENTINGNYA LATAR BELAKANG KEMUNCULAN ILMU TAUHID
Latar
Belakang Munculnya Ilmu Kalam / Ilmu Tauhid. Faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya Ilmu Kalam / ilmu tauhid dapat dibagi menjadi dua , yaitu faktor dari
dalam ( intern) dan faktor dari luar ( extern).
A. Faktor
Intern
Faktor-faktor intern yang
menyebabkan timbulnya ilmu kalam / ilmu tauhid ada tiga macam, yaitu:
1)Sesungguhnya Al-Qur’an itu
sendiri disamping seruan dakwahNya kepada tauhid dan mempercayai kenabian dan
hal-hal yang berhubungan dengannya juga menyinggung golongan-golongan dan
agama, yang tersebar pada masa Nabi Muhammad SAW lalu Al-Qur’an itu menolaknya
dan membatalkan pendapat-pendapatnya.
2)Sesungguhnya kaum muslimin
telah selesai menaklukkan negeri-negeri baru , dan keadaan mulai stabil serta
melimpah ruah rezekinya ,disinilah akal pikiran mereka mulai memfilsafatkan
agama.
3)Sasalah – masalah politik dapat memunculkan madzhab-madzhab pemikiran di lingkungan
Umat Islam, khususnya pada awal perkembangannya.Maka persoalan imamah (khilafain),
menjafi persolan tersendiri dan khas yang menyebabkan perbedaan pendapat,
bahkan perpecahan di lingkungan umat Islam. Permasalahan ini dimulai ketika
ketika Rasulullah meninggal dunia serta peristiwa terbunuhnya usman dimana
antara golongan yang satu dengan yang lain saling mengkafirkan dan menganggap
golongannya yang paling benar.
B. Faktor Extern
Faktor-faktor extern ada tiga
factor penting, yaitu:
1)Sesungguhnya kebanyakan orang-orang memeluk islam sesudah
kemenangannaya , semula mereka memeluk berbagai agama , yaitu :
Agama Yahudi, Kristen, Manu, Zoroaster, Brahmana,
Sabiah, Atheisme dan lain-lain.
2)Sesungguhnya
golongn islam yang terdahulu terutama golongan Mu’tazilah memutuskan
perhatiannya yang terpenting adalah untuk dakwah islamiah dan bantahan alasan
orang-orang yang memusuhi islam.
3)Faktor
ketiga ini merupakan kelanjutan factor yang kedua. Yaitu sesungguhnya kebutuhan
para mutakallimin terhadap filsafat itu adalah untuk mengalahkan ( mengimbangi
) musuh-musuhnya, mendebat mereka dengan mempergunakan alasan-alasan yang sama,
maka mereka terpaksa mempelajari filsafat Yunani dalam mengambil manfaat logika,
terutama dari segi Ketuhanan. Kita mengetahui An-Nadhami ( tokoh Mu’tazilah )
mempelajari filsafat Aristoteles dan menolak babarapa pendapat.
Adapun pentingnya latar
belakang kemunculan ilmu tauhid dapat dijelaskan bahwa Ilmu ini membahas pokok-pokok keagamaan , yakni kepercayaan
dan keyakinan kepada Tuhan. Dan dinamai Ilmu Aqa’id, karena dengan
Ilmu ini seseorang dapat meyakini dalam hatinya secara mendalam dan
mengingatkan dirinya hanya kepada Allah SWT. Sebagai Tuhan.4)
Dari pembahasan diatas tampak bahwa, pada intinya Ilmu
Tauhid ialah Ilmu yang berbicara tentang bagaimana seseorang meyakini
dan percaya hanya ada Tuhan yang satu, yang berkuasa atas segala sesuatu,
sehingga Ilmu Tauhid ini adalah sebuah disiplin ilmu yang
sangat penting bagi kehidupan umat manusia, khususnya bagi umat beragama untuk
mendapatkan sebuah kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
Adapun yang menjadi objek kajian dari Ilmu Tauhid ini
ialah Aqidah yang diterangkan dalil-dalilnya, yakni Aqidah yang
dimaksud ialah pendapat dan pikiran atau anutan yang mempengaruhi jiwa manusia,
lalu menjadi sebagai suatu bagian dari manusia itu sendiri yang dipertahankan
dan di I’tiqadkan bahwa itu adalah benar. Oleh karenanya,
Aqidah inilah yang menjadi dasar Aqidah Islamiyah.
Secara garis besar Ilmu Tauhid ialah Ilmu
yang mempelajari bagaimana bertauhid dengan baik dan benar sesuai dengan
petunjuk Al-Quran dan Hadist.Petunjuk Al-Quran dan
Hadist inilah yang dikaji secara mendalam oleh para Ulama’.Namun karena pola
pikir, latar belakang, metode pendekatan, dan sudut pandang yang berbeda,
tentunya hasil dari pemikiran merekapun berbeda pula.Jangankan antar madzhab,
di dalam satu madzhabpun perbedaan sering terjadi, sehingga munculah
sekte-sekte.
Jalan yang paling aman dan dekat untuk mengenal Tuhan ialah
dengan memperhatikan dan meneliti alam semesta. Al-Quran selalu mendorong
manusia agar maumemperhatikan dan memikirkan apa yang ada dan terjadi di alam
raya ini, bukan saja alam yang berada di luar dirinya, tetapi juga apa
yang ada dalam diri manusia itu sendiri.
2.2 PERKEMBANGAN
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KEAGAMAAN PASCA ROSULULLAH HINGGA DAULAH BANI ABBASIYYAH.
1. Perkembangan
Islam Pada Masa Khulafaur Rasyiddin
A. Perkembangan Islam Pada Masa Abu
Bakar Ash Shiddiq
Ketika Rasulullah wafat, jabatan
pemerintahan atau kekhalifahan umat Islam digantikan oleh seorang sahabat
senior, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau menjabat sebagai khalifah pertama
menggantikan kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan. Selama kekhalifahannya, permasalahan yang muncul sebagai berikut:
Menumpas nabi palsu (Nabi-nabi palsu yang ingin menghancurkan Islam
diantaranya.: Al- Aswad al Ansi, Thulaihah bin Thuwailid al Asadi, Malik bin
Nuwairah, Musailamah al Kazab), Memberantas kaum murtad, Menghadapi kaum yang
ingkar zakat dan Modifikasi Al-Qur’an.
Abu Bakar juga sempat mengadakan perluasan wilayah
kekuasaan Islam ke berbagai daerah, terutama ke daerah Syiria yang masih
dikuasai oleh pasukan Romawi Timur (Byzantium).Dalam usaha ke arah itu, Abu
Bakar mengirim beberapa panglima dengan segenap pasukannya. Diantara panglima
yang dikirim itu adalah: Yazid bin Abi Sufyan yang dikirim ke Damaskus, Abu
Ubaidah bin Jarrah dikirim ke Himsho, Amr bin Ash dikirim ke Palestina dan
Suranbil bin Hasanah dikirim ke Yordania.
Usaha perluasan kekuasaan ke wilayah Syiria ini, sebenarnya
sudah dimulai sejak Nabi Muhammad SAW masih hidup di bawah pimpinan Usamah bin
Zaid. Usaha itu sempat dihentikan, karena mendengar berita tentang wafatnya
Rasulullah SAW.Kemudian usaha itu dilanjutkan kembali pada masa Abu Bakar
Ash-Shiddiq dengan kekuatan empat panglima tersebut di atas. Ditengah usaha
penaklukan itu, pasukan Abu Ubaidah merasa kewalahan menghadapi pasukan Romawi
Timur tersebut, lalu dikirimkan 1500 pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid.
Perang berlangsung cukup lama, tetapi di tengah
berkecamuknya peperangan melawan pasukan Romawi Timur itu, tiba-tiba terdengar
berita tentang wafatnya Abu Bakar (tanggal 21 jumadil Akhir tahun 13 H / 22
Agustus 634 Masehi). Setelah pemerintahan 2 tahun 3 bulan 10 hari (11 – 13 /
632 – 634 M) . Kemudian kekhalifahan pun digantikan oleh sahabat Umar bin
Khattab.
B. Perkembangan
Islam Pada Masa Umar bin Khattab
Seperti halnya Abu Bakar, Umar
bin Khattab pun segera menggiatkan usaha perluasan kekuasaan Islam ke berbagai
wilayah yang lebih luas lagi. Pertempuran demi pertempuran dapat dimenangkan
dengan gemilang.Wilayah kekuasaan Islam pun semakin bertambah luas. Dalam
pertempuran di Ajnadin tahun 16 H/636 M tentara Romawi dapat dipukul mundur,
dan selanjutnya beberapa kota di pesisir pantai Syiria juga dapat dikuasai
seperti Jaffa, Gizar, Ramlan, Typus, Arce, dan Askolan bahkan Bairut juga dapat
ditundukkan pada tahun 18 H/638 M. Kota Bairut diserahkan sendiri oleh Patrik,
penguasa Romawi di kota itu kepada Umar bin Khattab.
Selain ke Persia usaha perluasan juga di arahkan ke wilayah
Mesir. Ketika itu bangsa asli Mesir, yakni suku Qibty (qobti) sedang mendapat
serangan dari bangsa Romawi. Mereka sangat mengharapkan bantuan dari kaum
Maslimin. Setelah berhasil menaklukkan Syiria dan Palestina. Khalifah Umar bin
Khattab mengarahkan pasukannya yang berkekuatan komando panglima Mesir. Pasukan
itu dibawah komando panglima Amr bin Ash.
Selain mengadakan perluasan
wilayah kekuasaan Islam ke berbagai daerah. Khalifah Umar bin Khattab juga
banyak berjasa dalam hal pembuatan undang-undang negara.
Peraturan perundang-undangan yang berisi tentang
ketatanegaraan dan tata pemerintahan, dibentuk pada masa kekhalifahan ini.
Khalifah juga menetapkan penanggalan hijriah dan menetapkan
perhitungan tahun baru, yaitu tahun hijriyah yang dimulai dari hijrahnya
Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah (16 Juli 622 M).
Khalifah Umar bin Khattab juga membentuk beberapa dewan,
yang diantaranya adalah Dewan Perbendaharaan Negara dan Dewan Militer. Lembaga
Kejaksaan dan Dewan Pertimbangan Hukum juga dibentuk pada masa kekhalifahannya.
Banyak hakim-hakim yang masyur pada masa itu, di antaranya Ali bin Abu Thalib.
C. Perkembangan
Islam Pada Masa Ustman bin Affan
Ketika khalifah Umar bin Khattab
meninggal, pemerintahan diserahkan kepada Utsman bin Affan. Khalifah Ustman
berjasa dalam pembukuan mushaf. Di masa khalifah ketiga ini juga terjadi upaya
perluasan wilayah, terutama penaklukan ke Persia, Azerbeijan, Tabaristan dan
Armenia. Penaklukan besar-besaran juga dilakukan pada masa khalifah Utsman bin
Affan ini, apalagi setelah dibentuknya armada laut. Satu demi satu beberapa
pulau di Asia kecil, pulau Cyprus, Rhodes Tunisia, Nubia, dan pesisir laut
hitam.
Semakin hari, wilayah kekuasaan Islam semakin luas. Untuk
menjaga stabilitas negara diadakan pengalaman yang ketat terhadap para
pemberontak yang ketat terhadap para pemberontakan yang terjadi di berbagai
daerah yang berontak itu, antara lain daerah di luar Azerbeijan, Iskiandariyah
dan wilayah Persia. Meskipun sistem keamanan diperketat tetapi para pemberontak
semakin marak di berbagai daerah penaklukkan. Apalagi setelah masyarakat Islam
menilai bahwa khalifah Utsman bin Affan bersikap nepotisme (mementingkan
kepentingan keluarga). Beliau wafat pada hari Jum’at 18 Dzulhijjah 35
H(656 M). Setelah beliau wafat ke Khalifahan dipegang oleh sahabat Ali bin Abi
Thalib ra .
Sifatnya yang lemah lembut dan berhati sosial telah
meninggalkan jasa yang tidak sedikit untuk kepentingan Islam, antara lain:
Menyempurnakan pembukuan Al-Qur’an, Merenovasi bangunan Masjid Nabawi di
Madinah ,
Membentuk angkatan laut atas usul Muawiyah bin Abu Sofyan,
Membangun gedung-gedung pengadilan yang semula masjid-masjid, Menumpas
pemberontakan-pemberontakn seperti di Khurasan dan Iskandariyah, Membagi
wilayah Islam menjadi 10 Propinsi yang dipimpin oleh seorang
Amir/Wali/Gubernur, meliputi: (Al Jund-Abdullah bin Rabi’ah, Basrah-Abu Musa
bin Abdullah, Damaskus-Muawiyah bin Abu Sofyan, Emese-Umar bin Sa’ad,
Bahrain-Usman bin Abil Ash, sha’a-Ja’la bin Munabbik, Taif-Sufyan bin Abdullah,
Mesir-Amr bin Ash, Mekkah-Nafi’ bin Abdul Maris, dan Kuwait-Mughiroh bin
Sya’bah), Ekspansi Islam, meliputi: Armenia, Tripoli, Thabaristan, Harah,
Barkoh, Kabul, Ghanzah dan Turkistan.
D. Perkembangan
Islam Pada Masa Ali bin Abi Thalib
Ali Bin Abi Thalib adalah
khalifah yang memiliki kelebihan tersendiri dalam sikap dan kepribadiannya.Ia
adalah seorang pemberani dan tegas dalam melaksanakan sesuatu. Ia sangat
mencintai keadilan dan kebenaran. Langkah pertama yang ia lakukan adalah
mengganti para gubernur yang sebelumnya diangkat oleh khalifah Utsman bin Affan.
Akibat yang lebih jauh dari
tindakan Ali bin Abi Thalib itu, muncullah beberapa golongan yang berdiri
sendiri dan semuanya menyatakan menentang Ali bin Thalib. Diantara golongan itu
adalah golongan Mu’awiyyah, golongan Aisyah, Zubair, dan Tholhah serta golongan
yang setia kepada Ali sendiri.
Golongan-golongan itu
mengakibatkan munculnya berbagai peperangan, seperti perang Jamal dan perang
Shiffin.Terjadinya perang Jamal menyebabkan munculnya dua kelompok, yakni
Khawarij dan Syi’ah. Khawarij adalah orang-orang yang semula setia kepada Ali
bin Abi Thalib, tetapi kemudian ke luar dari barisan Ali bin Abi Thalib
setelah mereka merasa tidak puas dengan tindakan Ali bin
Abi Thalib yang menghentikan peperangan untuk Tahkim. Tahkim adalah upaya
penghentian perang dengan mengangkat Al-Qur’an tinggi-tinggi, agar kedua belah
pihak yang bersengketa mau kembali kepada hukum Allah SWT. Syi’ah adalah
kelompok yang tetap setia kepada Ali bin Abi Thalib.
Kebijaksanaan Ali bin Abi Thalib mengambil takhim, akhirnya
membuat bumerang bagi dirinya, dan menghantarkan nyawanya melayang di tangan
Ibnu Muljam pada pada 20 Ramadhan 41 H / 24 Januari 661 M. Umat Islam yang
tetap setia kepada Ali, akhirnya mengangkat Hasan bin Ali menjadi khalifah
selama beberapa bulan , tetapi ternyata beliau lemah sementara Mu’awiyah
semakin kuat maka Hasan bin Ali membuat perjanjian damai. Setelah itu kepemimpinan
digantikan oleh Mu’wiyah yang mencetuskan sistem pemerintahan yang absolut.
Dengan demikian berakhir apa yang disebut dengan masa Khulafaur Rasyidin dan
dimulailah kekuasaan Bani Umayah.
E. Perkembangan Islam
Pada Masa Bani Umayyah
Kekuasaan Bani Umayyah berumur
kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyah ke Damaskus, tempat
ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. khalifah-khalifah besar dinasti Bani
Umayyah adalah : Muawiyah ibn Abi Sufyan [661-680 M], Abd al-Malik ibn Marwan
[685-705 M], al-Walid ibn Abdul Malik[705-715 M], Umar ibn Abd al-Aziz [717-720
M] dan Hasyim ibn Abd al-Malik [724-743 M].
Kerajaan Bani Umayah dibagi menjadi 3 tahap yaitu: tahap
kelahiran (661-705 M), zaman kemajuan dan pembangunan (705-724 M) dan zaman
kehancuran (724-750 M). Pada zaman ini, masyarakat Islam tediri dari: golongan
pemerintah, kaum Mawali, golongan Zimmi dan golongan hamba.
Pada masa Bani Umayyah, ekspansi dan da’wah Islam yang
tehenti pada masa khalifah Usman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib, dilanjutkan
kembali oleh dinasti ini. Perluasaan kekuasaan dan da’wah yang dilakukan
dinasti Muawiyah, dimulai dari menguasai Tunisia, kemudian di
sebelah timur.
Muawiyah menguasai daerah
Khurasan sampai ke sungai Oxus, Afganistan sampai ke Kabul, kota Bizantium dan
Konstantinopel. Ekspansi ketimur kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd
al-Malik dengan menguasai Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand,
bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab
sampai ke Maltan .
Ada tiga hal yang mendorong Mu’awiyah melakukan penaklukan
Byzantium, yaitu sebagai berikut:
1. Byzantium merupakan basis kekuatan Kristen ortodoks yang
dianggap akan berbahaya bagi perkembangan Islam .
2. Orang-orang Byzantium suka mengadakan penyerangan
terhadap kaum Muslimin .
3. Byzantium memiliki kekayaan alam yang amat melimpah ruah
.
Dari perjalanan sejarah pemerintahan dan kekuasaan dinasti
Bani Umayyah ini, ada beberapa faktor kelemahan yang menyebabkan dan membawa
kehancuran dinasti tersebut. Faktor-faktor tersebut, antara lain :
• Sistem pemerintahan khalifah melalui garis keturunan .
• Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis
antara suku Arabia Utara [Bani Qays] dan Arabia Selatan [Bani Kalb] yang sudah
ada sejak zaman sebelum Islam
• Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan
oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana, sehingga anak-anak khalifah tidak
sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
• Penyebab utama tergulingnya kekuasaan dinasti
Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan
al-Abbas ibn Abd al-Muthalib.
F. Perkembangan Islam Pada
Masa Bani Abbasiyah
Didirikan oleh Abdullah al-Saffah
bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas bin Abdul Muthalib (kakek Nabi
SAW) dan kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang.
dari tahun 132 H [750 M] sampai dengan 656 H [1258
M]. Pola pemerintahan yang dianut sesuai dengan perubahan pada politik,
sosial, dan budaya. Periode Bani Abbas dibagi menjadi lima : Periode Pengaruh
Persia pertama (750-847M), Periode pengaruh Turki pertama (847-945M), Periode
kekuasaan Dinasti Bawah/Periode Persia kedua (945-1055M).
Periode kekuasaan Bani Saljuk/ Periode pengaruh Turki kedua
(1055-1194M) dan Periode bebas dari pengaruh Dinasti lain (1194-1258M). Menurut
beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu :
a. Mayoritas kholifah Abbasyiah periode
akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban
mereka terhadap negara.
b. Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan
Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan.
c. Semakin kuatnya pengaruh keturunan
Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi
mereka.
d. Perang salib yang memakan banyak
korban .
2.3 ESENSI PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
KEAGAMAAN ISLAM PASKA ROSULULLAH HINGGA DAULAH BANI ABBASIYYAH
Pada pemerintahan masa sahabat
(Khulafa ar-Rasyidin) kekuasaan Abu Bakar bersifat sentral. Sedangkan Khalifah
Umar menduduki system pemerintahan yang menonjol,ia juga dijuluki peletak
Dasar/Pembangun Negara Modern.
Pemerintahan Usman mengalami masa kemakmuran dan berhasil
dalam beberapa tahun pertama pemerintahannya. Ia melanjutkan
kebijakan-kebijakan Khalifah Umar. Pada separuh terkhir pemerintahannya,muncul
kekeciwaan dan ketidak puasan di kalangan masyarakat karena ia mulai mengambil
kebijakan yang berbeda dari sebelumnya, Usman mengangkat keluarganya (Bani
Umayah) pada kedudukan yang tertinggi.
Melainkan masa Ali, ia ingin bercita-cita mengembalikan
system pemerintahan yang sudah dilakukan oleh Usman untuk dirubah seperti masa
pemerintahan Umar. Ali kemudian bertikad untuk mengganti semua gubernur yang
tidak disenangi rakyat,tetapi Mua’wiyah gubernur Syria,menolaknya .Oleh
karenanya khalifah Ali harus menghadapi kesulitan dengan Bani Umayah.
Pada masa dinasti Bani Umayyah, peradaban Islam mengalami
perkembangan /kemajuan , yaitu:
1.Berhasil dalam memperluas daerah kekuasaan Islam ke
berbagai penjuru dunia, seprti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina,
Semenanjung Arabia, Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan,
Rukhmenia, Uzbekistan, dan Kirgis.
2.Islam mempengaruh kehidupan masyarakat luas.
3.Ilmu pengetahuan, antara lain: Ilmu Qiro’at, Ilmu Tafsir,
Ilmu Hadits, Ilmu Kimia, dan kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu, dan
sebagainya.
Perkembangan peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah
Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan
pembangkangan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di
satu sisi, Abd al-Rahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika
itu); sedangkan disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada khalifah yang ada di
Baghdad. Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan
pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib. Dari
segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima
abad.
Abu al-Abbas al-Safah (750-754 M) adalah pendiri dinasti
Bani Abbas.Akan tetapi karena kekuasaannya sangat singkat, Abu ja’far
al-Manshur (754-775 M) yang banyak berjasa dalam membangun pemerintahan dinasti
Bani Abbas. Pada tahun 762 M, Abu ja’far al-Manshur memindahkan ibukota dari
Damaskus ke Hasyimiyah .
kemudian dipindahkan lagi ke Baghdad dekat dengan
Ctesiphon, bekas ibukota Persia. Oleh karena itu, ibukota pemerintahan Dinasti
Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia.
Abu ja’far al-Manshur sebagai pendiri muawiyah setelah Abu
Abbas al-Saffah, digambarkan sebagai orang yang kuat dan tegas, ditangannyalah
Abbasiyah mempunyai pengaruh yang kuat.
Pada masa pemerintahannya Baghdad sangatlah disegani oleh
kekuasaan Byzantium.
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah,
melanjutkan kekuasaan dinasti Umayah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para
pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad
saw. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132
H (750 M) s.d 656 H (1258 M).
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya.
Berdasarkan pola pemerintahan dan pola politik itu para sejarawan biasanya
membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
1.Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut
periode pengaruh Persia pertama.
2.Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa
pengaruh Turki pertama.
3.Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa
kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah.Periode ini
disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4.Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa
kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya
disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5.Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa
khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif
disekitar kota Baghdad.
KEMAJUAN DINASTI BANI ABBASYIAH
Setiap dinasti atau rezim mengalami fase-fase yang dikenal
dengan fase pendirian, fase pembangunan dan kemajuan, fase kemunduran dan
kehancuran.Akan tetapi durasi dari masing-masing fase itu berbeda-beda karena
bergantung pada kemampuan penyelenggaraan pemerintahan yang bersangkutan.
Pada masa pemerintahan, masing-masing memiliki berbagai
kemajuan dari beberapa bidang, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi,
bidang sosial.Pada masing-masing bidang memiliki kelebihan dan kekurangan.
1. Bidang Politik
Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan
gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas
sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan ini seperti sisa-sisa Bani Umayyah
dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-khawarij di Afrika utara, gerakan
zindik di Persia, gerakan Syi’ah dan konflik antar bangsa serta aliran
pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.
1. Bidang Ekonomi
Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai nmeningkat dengan
peningkatan di sector pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil
pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi.Terkecuali itu dagang
transit antara timur dan barat juga banyak membawa kekayaan.Bahsrah menjadi
pelabuhan yang penting.
1. Bidang Sosial
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman
khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833
M).kekayaan yang banyak di manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan social.
Rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan.Pada masanya
sudah terdapat paling tidak 800 orang dokter.Disamping itu pemandian-pemandian
juga dibangun.Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman
khalifah ini, kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun pentingnya latar
belakang kemunculan ilmu tauhid dapat dijelaskan bahwa Ilmu ini membahas pokok-pokok keagamaan , yakni kepercayaan
dan keyakinan kepada Tuhan. Dan dinamai Ilmu Aqa’id, karena dengan
Ilmu ini seseorang dapat meyakini dalam hatinya secara mendalam dan
mengingatkan dirinya hanya kepada Allah SWT. Sebagai Tuhan.
Pada pemerintahan masa sahabat (Khulafa ar-Rasyidin)
kekuasaan Abu Bakar bersifat sentral.Sedangkan Khalifah Umar menduduki system
pemerintahan yang menonjol,ia juga dijuluki peletak Dasar/Pembangun Negara
Modern.
Pemerintahan Usman mengalami masa kemakmuran dan berhasil
dalam beberapa tahun pertama pemerintahannya.Ia melanjutkan kebijakan-kebijakan
Khalifah Umar.Pada separuh terkhir pemerintahannya,muncul kekeciwaan dan
ketidak puasan di kalangan masyarakat karena ia mulai mengambil kebijakan yang
berbeda dari sebelumnya,Usman mengangkat keluarganya (Bani Umayah) pada
kedudukan yang tertinggi.
Melainkan masa Ali,ia ingin bercita-cita mengembalikan
system pemerintahan yang sudah dilakukan oleh Usman untuk dirubah seperti masa
pemerintahan Umar.Ali kemudian bertikad untuk mengganti semua gubernur yang
tidak disenangi rakyat,tetapi Mua’wiyah gubernur Syria,menolaknya.Oleh
karenanya khalifah Ali harus menghadapi kesulitan dengan Bani Umayah.
Pada masa dinasti Bani Umayyah, peradaban Islam mengalami
perkembangan/kemajuan , yaitu:
1. Berhasil dalam
memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai penjuru dunia, seprti Spanyol,
Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian kecil Asia,
Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan, dan Kirgis.
2. Islam mempengaruh kehidupan masyarakat luas.
3. Ilmu pengetahuan, antara lain: Ilmu Qiro’at, Ilmu
Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Kimia, dan kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu, dan
sebagainya.
Dinasti Abbasiyah adalah suatu dinasti (Bani Abbas) yang
menguasai daulat (negara) Islamiah pada masa klasik dan pertengahan
Islam.Daulat Islamiah ketika berada di bawah kekuasaan dinasti ini disebut juga
dengan Daulat Abbasiyah.Daulat Abbasiyah adalah daulat (negara) yang
melanjutkan kekuasaan Daulat Umayyah.Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena para
pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas (Bani Abbas), paman
Nabi Muhammad SAW.
Sejalan dengan berdirinya Dinasti Abbasyiah, ada beberapa
kemajuan yang dicapai oleh Dinasti ini, diantaranya bidang politik, bidang
ekonomi, bidang sosial.Selain itu juga setiap Dinasti bukan hanya mencapai
kemajuan, tapi juga mendapat sebuah kehancuran.
3.2 SARAN
Dengan penulisan makalah ini
diharapkan pembaca:
1. Memperoleh pengetahuan yang lebih luas
tentang tauhid.
2. Lebih mendekatkan diri kepada Allah
,Dapat menambah ilmu tentang pentingnya kemunculan ilmu tauhid dan perkembangan
pemikiran keagamaan pasca Rasulullah hingga bani Abbas dan termasuk juga
esensinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ajid Thohir, PERKEMBANGAN
PERADABAN DI KAWASAN DUNIA ISLAM, cet.1, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004)
Badri yatim, SEJARAH PERADABAN
ISLAM, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008)
Nizar Samsul, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana,2011
Umam Chatibul, Sejarah
Kebudayaan Islam MTs,Semarang: Menara Kudus, 1995
Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,2001), h. 4
Rozak, Abdul, Rosihon Anwar,
Ilmu Kalam Untuk UIN STAIN PTAIS, Pustaka Setia, Badung, 2010.
Disusun Oleh : Anisa Habibah
: Lulut Dwi Ratna
:Faza Aulia
:Firda Nur Khasana
Study : UIN WALISONGO
0 komentar:
Post a Comment